2/4 Cerita KKN
Setelah naik speedboat
kurang lebih 40 menit dari selatpanjang..
Kemudian tibalah kami di desa yang belum pernah kami
bayangkan sebelumnya.
Yaa…Desa Sungai Tohor
Dengan puluhan koper dan banyaknya barang yang kami bawa
tentunya kami sangat merepotkan penduduk sana waktu itu..
Tapi, bisa kurasakan bahwa mereka tidak merasa direpotkan
sama sekali, sudah ada beberapa motor yang siap mengantar kami ke tempat
tinggal kami selama 2 bulan, tetapi sebelumnya kami singgah ke Kantor Kecamatan
dulu yang jaraknya lumayan dekat kalau dari pelabuhan
Naiklah aku ke salah satu motor milik bapak-bapak warga asli sana bersama
satu temanku, kita tarik tiga haha (tarik tiga=salah satu hal yang sering kami
lakukan disana)
Sepanjang perjalanan menuju kantor kecamatan saya dan bapak tersebut hanya saling berkenalan
sekedarnya (dan sekarang aku lupa nama bapaknya karna gak pernah ketemu lagi) disambi aku yang sibuk melihat-lihat kanan kiri yang masih jarang
rumah, dan obrolan kami terputus saat kami tiba di kantor kecamatan dan
bapaknya harus kembali menjemput temanku yang lain di pelabuhan.
Ketika kami semua sudah sampai kantor kecamatan mulailah
acara penyambutan oleh Pak Camat dan sambutan tersebut ditutup dengan pesan Pak
Camat yang intinya semoga kami betah tinggal di tempat yang jauh beda dengan
keadaan kami di Jogja dan jangan takut karna warga disini dijamin baik-baik
(dan memang terbukti mereka baik-baik bangettt).
Setelah selesai sambutan, berfotolah kami untuk pertama kalinya di depan kantor kecamatan
kami diantar warga-warga lagi
menuju tempat kami tinggal. Dan aku diantar lagi oleh bapak-bapak yang sama seperti waktu ke kantor kecamatan tadi.
Dan tibalah kami di sebuah rumah yang menurutku rumah itu
adalah salah satu rumah yang paling bagus di desa itu dengan pekarangan yang
cukup luas dan terdapat pojok rokok (pojok rokok itu bentuknya mirip gazebo gitu
dan ternyata hampir semua rumah disana punya itu untuk tempat merokok agar
tidak merokok di dalam rumah).
Masuklah semua koper dan barang-barang ke rumah itu, rumah
itu seketika menjadi sesak dan terlihat berantakan karena barang-barang kami wkwkw.
Hampir semua dari kami lalu hanya duduk-duduk, mungkin Karena capek dan bingung
mau ngapain wkwk.
Duduklah aku di ruang tamu dengan beberapa teman, yang lain
ada yang di ruang tengah, di dapur, dan ada yang melihat-lihat suasana di luar.
Ketika waktu menunjukkan lebih dari pukul 12 siang satu per satu ada yang mulai
tidur atau bahkan ketiduran karena waktu itu memang terasa melelahkan mungkin
karena puasa juga. Aku yang niatnya hanya ingin duduk di depan pun, akhirnya
menyerah lalu aku langsung masuk ke salah satu kamar paling belakang (dan kamar
ini yang kutempati selama 2 bulan) dan kemudian teman2ku yang lain juga ikut
masuk, tiduran lah kita disitu dengan keadaan panas karena listrik tidak nyala
disiang hari dan tentunya kehausan wkwk beberapa ada yang sudah tidur dengan
pulasnya.
Sorenya kami (khususnya yang cewek2) berunding dan sepakat
kalau kita ber14 tetap mau satu rumah dan gak usah dipisah-pisah, awalnya kami
mikir bagaimana nanti mandi dll nya kalau kita semua tetap satu rumah tapi
nyatanya hal tersebut tidak terlalu menjadi masalah.
Kemudian pembahasan berlanjut mengenai rumah mana 14 orang
laki-laki teman kkn kami akan tinggal, setelah 2 hari pindah-pindah akhirnya
mereka menempati rumah di samping sd (tepatnya di belakang puskesmas) jaraknya
kira-kira 150-200meter dari rumah yang cewek-cewek (kemudian kami menyebut 2
rumah itu: pondokan cewek dan pondokan cowok).
karna kuingin buang air kecil jadinya ku pergi ke kamar
mandi, tapi karena sebelumnya aku udah tau kalau air disana tidak putih jadi aku
tidak terlalu kaget saat pertama kali ke kamar mandi. Dan…ternyataa airnya
lebih wow dari yang kubayangkan, airnya fix kayak air coca-cola warnanya.
Awalnya kayak sumpah gak ikhlas banget pakai air itu (wkwk lebay banget) tapi
untungnya langsung cepet adaptasi karena mau gak mau emang harus pakai air itu.
Disana memang air berwarna putih hanya dari air hujan,
makanya disetiap rumah pasti ada gentong-gentong besar buat nampung air kalau
hujan, dan untungnya di pondokan cewe ada sekitar4 gentong besar yang cukup gak
cukup sangat membantu kebutuhan air kita selama disana wkwk.
(btw karena critanya banyak banget dan aku bingung mau crita
yang mana, jadi maaf kalo critanya suka loncat-loncat wkwk)
Dan…sekamarlah aku tanpa direncanakan dengan
putri,cindy,mutia, dan amah. Walaupun pada akhirnya fleksibel juga karna kalau
panas kami pindah tidur luar (tapi yang paling sering tidur di luar putri sama
amah). Kamar yang tadinya lowong menjadi
penuh sesak dengan koper koper dan barang kami, terutama barangnya mutia sih
yang kayak pindahan wkwkw. Walaupun kayaknya kamar itu gak pernah keliatan
rapi, tapi banyak banget kenangan di dalem kamar itu, mulai dari curhatan dari
a-z, nggosipin orang wkwk, sampe obrolan dewasa yang bahkan aku ngilu dengernya
(ini gara2 cindy sih awalnya, trus ditambah2in sama putri n mutia jadi parah
banget deh obrolannya) dan waktu itu aku sama amah yang awal-awalnya cuma diem
dan senyum2 sendiri kalo mereka lagi ngobrol ngaco pada akhirnya juga
ikut-ikutan nimbrung tapi kalo gak kuat pasti langsung cabut keluar kamar atau
tinggal tidur wkwk.
Karna itu bulan puasa, malam pertama kami disana kami isi ke
masjid untuk tarawih dan selesai tarawih kami berkenalan dengan warga-warga di
masjid. Bukan kenalan sendiri-sendiri gitu, tapi dipersilahkan sama warga buat
ketua kami (Ridho) memperkenalkan anggota-anggotanya ke warga lewat mic di
masjid gitu. Jadi kayak acara ceramah tapi isinya kenalan anak-anak kkn, satu
per satu dikenalin dan disuruh berdiri di tempatnya masing-masing. Ketika kami
gantian satu-satu berdiri, keliatan banget warganya antusias dan selalu melihat
siapa yang selanjutnya berdiri dan mereka seperti memberikan senyuman
terbaiknya. Setelah selesai acara di masjid pun, kami pulang ke pondokan.
Setiap malam selama puasa, malam-malam kami diisi dengan
sholat tarawih walaupun kebanyakan dari kami hanya sampai rokaat 8 dan lanjut
witir sendiri di pondokan, karena disana tarawih 23 rakaat dan kalo aku sendiri
jujur gak kuat kalo disuruh 23 rakaat wkwkwk.
Oiya, jalan ke masjid kalo dari pondokan cewek itu
ngelewatin pondokan cowok, kira-kira mungkin 250 meteran jaraknya,ngelewatin
jalan yang gelap banget kalo malem sampe kita sering pake senter kalo jalan, sampe pernah satu malem aku nyungsep ke selokan dengan posisi aku jalan paling depan dan otomatis kejadian itu jadi bahan bullyan temen2 yg liat di hari2 selanjutnya wkwk. Selama puasa, buka dan sahur di pondokan cewe, jadi tiap buka dan sahur
yang cowok2 jalan ke pondokan cewe walaupun mereka juga sering ke pondokan cewe
di waktu selain buka dan sahur, karena emang pondokan cewek itu kayak
“pusatnya” dan semua yang dibutuhin ada disana, pondokan cowok ibarat hanya
tempat tidur dan mandi walaupun saat hari-hari terakhir kkn, yang cowok2 jadi
sering telat kalo jam makan ke pondokan cewe dengan alasan karna udah betah di
pondokan cowo. Tapi emang sih, mungkin karena pondokan cowo dindingnya dari
kayu jadi lebih adem gitu dibanding pondokan cewe.
Hari hari awal kami disana bisa dibilang kami cukup gabut,
karena factor puasa dan juga memang itu masa adaptasi kami disana dan
memikirkan apakah proker yang sudah kami susun bisa kami laksanakan atau harus
ada perubahan setelah melihat kondisi desa disana secara langsung. Hari-hari
pertamaku disana diisi dengan acara keliling-keliling desa, mulai dari kenalan
tetangga-tetangga terdekat, pergi ke rumah pak camat, pak rt,kepala sekolah
tk,sd,smp,sma, ke tempat pembuatan mie sagu,ke sekat kanal,ke hutan
mangrove,dan banyak lainnya. Selain keliling-keliling juga hari-hari awal
kebanyakan diisi dengan rapat satu unit/cluster (sesuai fakultas) yang isinya
ya ngomongin proker haha.
Yang paling kuingat adalah hari ke2 kami disana, tepatnya
tanggal 13 Juni 2017..untuk pertama kalinya berkenalan dengan anak-anak asli
sana yang dengan malu-malu mampir ke pondokan kami,dan anak-anak itulah yang
selama 53 hari berikutnya kami disana tidak pernah terpisah dari kami...
Komentar
Posting Komentar